
SEMARANGNETWORK.COM - Sebuah baliho anonim dengan tulisan dalam bahasa Jawa yang berbunyi "Wis Wayahe Ganti Pimpinan Kota Semarang Sing Iso Ngewongke Wong" muncul di beberapa wilayah seperti di Kecamatan Gajahmungkur dan Gunungpati, Kota Semarang, menimbulkan pertanyaan dan kebingungan di kalangan warga.
Tulisan tersebut memiliki arti "Sudah saatnya Kota Semarang terjadi pergantian pemimpin yang bisa memanusiakan orang lain, memperlakukan orang lain dengan baik." Namun, masih belum diketahui siapa yang bertanggung jawab atas pemasangan baliho ini.
Aan Suharyanto, warga Kecamatan Gunungpati mengatakan, spanduk itu terpasang di beberapa titik sejak beberapa hari lalu.
"Baliho anonim ini menimbulkan spekulasi di kalangan masyarakat. Salah satu pertanyaan yang muncul adalah apakah ini merupakan kampanye hitam atau bukan," katanya, Senin (15/7/2024).
Dikatakan, meskipun belum masuk musim kampanye resmi Pilwakot Semarang dan belum ada penetapan calon, baliho seperti ini bisa dikategorikan sebagai kampanye hitam jika bertujuan menyudutkan petahana atau calon tertentu.
"Namun, tanpa ada nama atau indikasi spesifik, sulit untuk mengklaim bahwa ini adalah black campaign. Pesannya lebih bersifat umum dan bisa ditangkap sebagai seruan perubahan," papar pria 35 tahun tersebut.
Selain itu, baliho ini juga bisa menjadi strategi awal dari salah satu bakal calon untuk mengukur sentimen masyarakat. Baliho dengan pesan umum seperti ini bisa digunakan untuk menciptakan buzz dan menarik perhatian masyarakat sebelum kampanye resmi dimulai.
"Namun, cara ini bisa dianggap tidak etis karena memanfaatkan celah dalam aturan kampanye yang belum resmi," tambahnya.
Sementara Agus Suwarno, warga Gunungpati menegaskan, spanduk serupa juga muncul di beberapa titik di pinggir jalan di wilayahnya.
"Siapa yang memasang dan maksudnya apa, warga tidak tahu dan bingung, tapi ini sangat meresahkan masyarakat. Karena tujuannya apa tidak tahu," katanya.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa ada kemungkinan pihak luar yang bukan kontestan pemilu yang memasang baliho ini dengan agenda terselubung.
"Mereka mungkin memiliki tujuan mendukung calon tertentu secara tidak langsung atau menciptakan kekacauan politik. Hal ini bisa membingungkan masyarakat dan mengalihkan perhatian dari isu-isu penting yang seharusnya menjadi fokus dalam Pilwakot," katanya.
"Dampaknya bagi Pilwakot Semarang bisa sangat signifikan. Spanduk anonim dengan pesan provokatif bisa memecah konsentrasi masyarakat dari isu-isu utama yang perlu diperhatikan. Alih-alih membahas program dan visi-misi calon, masyarakat bisa terjebak dalam perdebatan yang tidak produktif. Ini tentu saja merugikan proses demokrasi yang sehat," tegasnya.
Terpisah, Purnomo Ketua RT 9, RW II Kelurahan Sendangmulyo, Kecamatan Tembalang menegaskan, klaim "Wong Cilik Kota Semarang" yang tertera di spanduk ini juga perlu diuji kebenarannya.
"Apakah benar-benar mewakili aspirasi masyarakat kecil di Semarang atau hanya retorika untuk menarik simpati? Klaim ini harus diverifikasi melalui dialog terbuka dengan masyarakat. Tanpa verifikasi, klaim tersebut bisa menyesatkan dan merusak integritas kampanye," tegasnya.
Dikatakan, dari sisi hukum dan etika, pemasangan baliho tanpa kejelasan sumber bisa melanggar aturan kampanye. Pihak berwenang harus mengusut tuntas siapa yang bertanggung jawab atas pemasangan baliho ini.
"Transparansi dan akuntabilitas adalah kunci untuk menjaga proses demokrasi yang jujur dan adil. Masyarakat juga harus kritis dan tidak mudah terhasut oleh pesan-pesan yang belum jelas asal-usulnya," tambahnya.
Kepada warga Semarang, pesan ini adalah untuk tetap cerdas dan kritis dalam menghadapi berbagai pesan kampanye.
"Jangan mudah terpengaruh oleh baliho atau spanduk yang tidak jelas asal-usulnya. Fokuslah pada program dan visi-misi calon yang jelas dan konkret. Mari kita jaga Pilwakot ini agar tetap bersih dan bermartabat, demi masa depan Semarang yang lebih baik," paparnya.***