Rayakan Kirab Budaya di Semarang: Pawai Gunungan Hasil Bumi Jadi Simbol Gotong Royong
Dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda 2025, warga Kecamatan Mijen, Kota Semarang menggelar kirab budaya dengan 14 gunungan hasil bumi. Acara yang dibuka oleh Wali Kota Agustina Wilujeng ini menjadi wujud nyata semangat gotong-royong, kemandirian pangan dan pelestarian budaya lokal.

SEMARANG – Semangat kebangsaan dan budaya kembali menggema di ibu kota Provinsi Jawa Tengah. Pada Minggu, 26 Oktober 2025, di Taman Tirto Asri, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, digelar acara karnaval dan kirab budaya berupa pawai gunungan hasil bumi sebagai bagian dari peringatan Hari Sumpah Pemuda. Acara ini secara resmi dibuka oleh Wali Kota Agustina Wilujeng. 

Simbol Gotong Royong & Kemandirian Pangan

Menurut Wali Kota Agustina Wilujeng, pawai gunungan bukan sekadar parade visual, melainkan simbol kebersamaan dan syukur warga atas alam subur serta hasil bumi yang menjadi fondasi pembangunan.

“Gunungannya isi-macam-macam, ada lombok, kacang panjang, terong, tomat… melalui pawai ini saya bisa melihat kemandirian Kota Semarang atas pangannya,” katanya. 

Yang menarik, acara ini seluruhnya digagas dan diinisiasi oleh masyarakat Kecamatan Mijen tanpa menggunakan dana APBD. Gotong-royong warga menjadi fondasi utama penyelenggaraan. 

14 Gunungan & Partisipasi Warga

Dalam pawai tersebut, terdapat empat belas gunungan unik yang dibawa oleh warga dari 14 kelurahan di Mijen. Semua elemen — panitia, peserta, penonton — berpartisipasi secara aktif. “Inilah uniknya Mijen. Acara kirabnya tidak cuma ditunggu, tetapi mereka juga mempersiapkan semuanya bareng-bareng,” ungkap Agustina. 

Bentuk Pelestarian Budaya & Ekonomi Lokal

Acara ini tidak hanya menjadi tontonan, tetapi juga sarana edukasi lintas generasi: memperkuat kecintaan generasi muda terhadap akar budaya dan memupuk spirit kebangsaan. “Apalagi momentumnya Hari Sumpah Pemuda … saya harap ini tidak berhenti menjadi tontonan, tetapi juga tuntunan bagi generasi muda agar makin mencintai budayanya,” tambah Agustina. 

Di sisi ekonomi, pawai gunungan membawa dampak positif bagi pelaku UMKM dan ekonomi lokal karena banyak warga yang memanfaatkan momentum ini untuk berjualan dan memamerkan produk lokal. 

Rangkaian Acara & Waktu ke Depan

Pawai gunungan ini menjadi puncak dari rangkaian acara “Gelar Budaya Mijen 2025”. Sebelumnya dilaksanakan pertunjukan tradisional seperti kuda lumping dan Wayang on the Street. Malam harinya akan ditutup dengan pagelaran wayang kulit sebagai wujud bahwa Kota Semarang terus maju modernitasnya, namun tetap berakar pada budaya. 

Wali Kota menutup sambutannya dengan ucapan terima kasih kepada seluruh masyarakat Mijen yang telah menyelenggarakan acara dengan sangat semarak dan kreatif: “Hari ini sudah hebat, semoga tahun depan tambah hebat lagi.” 


Anda mungkin juga menyukai