
SEMARANG – Sebanyak 80 persen orang penyalahguna narkoba berangkat dari keluarga yang broken. Broken di sini tak hanya berkutat pada konteks orangtuanya bercerai, namun lebih luas lagi: orangtuanya masih bersatu tapi absen dalam kehidupan tumbuh kembang anak-anak mereka.
Hal itu dikatakan petugas dari Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat (P2M) Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Tengah Dela Sulistiyawan Yunior di depan seratusan orang, terutama emak-emak, Minggu pagi (24/8/2025).
Mereka adalah warga Perumahan Grand Tembalang Regency RT2/RW6, Kelurahan Bulusan, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang.
“Data 80 persen itu hasil penelitian ya. Bapak ibunya tidak ada kasih sayang ke anak-anaknya. Gaji tinggi, tapi anaknya disentuh dengan duit. Ah, asalkan semua kebutuhan bisa terbayarkan. Padahal, anak nggak butuh duit, butuhnya kita (kehadiran orangtua),” kata Dela menjelaskan.
Kasus teranyar kemudian dibeberkan Dela. Di salah satu SMK di Kota Semarang, ada 60 muridnya yang terindikasi menyalahgunakan narkoba, kemudian dilakukan tes urine. Dari total 60 anak itu, 54 di antaranya mengaku telah mengonsumsi narkoba.
“Yang menarik, ada satu yang perempuan, berkerudung, beli narkobanya dengan cara open BO (jual diri) ke yang menjual, harganya Rp300ribuan,” sambung Dela mewanti-wanti.
Dia kemudian mencontohkan beberapa kasus lain, di antaranya kasus di Grobogan Jawa Tengah ada peredaran gelap 1kg ganja yang dibeli via Facebook. Lalu di Sumatera Barat, ada ibu yang ditangkap BNN karena jadi pengedar narkoba. Iming-iming upah Rp15juta. Dari yang tidak tahu apa barang yang diantar, kemudian jadi tahu ternyata yang diantarnya narkoba, namun ibu itu tidak peduli: asalkan dapat uang jutaan rupiah secara cepat.
“Ini juga karena selain ekonomi, faktor literasi juga penting. Kalau ibu itu tahu konsekuensinya, bisa dihukum 6 tahun sampai maksimal hukuman mati, pasti akan berpikir ulang. Di sini, literasi menjadi penting,” lanjutnya.
Identifikasi Pertemanan
Dela menambahkan, keluarga jadi benteng kuat anak-anak agar tak terjerumus peredaran gelap narkoba. Kehadiran orangtua ke anak-anaknya, mendengar keluh kesah mereka, mengidentifikasi siapa teman-temannya, itu jadi faktor penting. Sebab, kata Dela, berdasarkan survei BNN, anak-anak kali pertama menyalahgunakan narkoba didapat secara gratis dari teman-temannya.
Kemudian, setelah kecanduan, anak akan cenderung kerap berbohong demi mendapatkan uang untuk membeli narkoba dan dikonsumsi. Tak jarang, ketika sudah terjerumus lebih dalam, anak akan jadi pengedar, demi mendapatkan narkoba secara gratis.
Tingkatan-tingkatan itu perlu dideteksi lebih dini. Hal tak kalah penting, jangan menganggap ketika ada anak kecanduan narkoba kemudian distigma negatif bahkan dikucilkan oleh tetangga.
“Orangtuanya silakan lapor ke kami, BNN! Akan direhabilitasi sampai sembuh dengan melihat tingkat kecanduannya. Semua biayanya gratis!” tegas Dela.
Ketua Forum Anak Kota Semarang Emir Luqman Amanullah, bercerita pengalamannya dengan sebayanya. Dia memvalidasi apa yang disampaikan Dela dari BNN Jateng tentang kecenderungan anak yang berangkat dari keluarga broken, lebih rentan terjerumus penyalahgunaan narkoba.
“Kami (anak-anak) butuh kehadiran orangtua,” kata Emir yang juga pelajar SMA Negeri 4 Semarang.
Semangat dan Kompak Perangi Narkoba
Pada kegiatan yang digelar lebih dari 2 jam itu, warga Bale Amarta Perumahan GTR Kota Semarang tersebut antusias dengan materi yang disampaikan BNN Provinsi Jawa Tengah.
Materi-materi itu adalah informasi baru bagi mereka. Apalagi ada kesempatan tanya jawab langsung ke petugas BNN pada konteks pencegahan. Ketua RT2/RW6 setempat Edy Warsito juga mengapresiasi kegiatan ini.
“Acara sosialisasi seperti ini inspiratif. Memberikan banyak informasi bagi kita orangtua,” kata Esti, salah satu warga Bale Amarta Perumahan GTR.
Ketua RW6 Kelurahan Bulusan, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Khusnul Hidayat, mengatakan di lingkungan Bulusan, sosialisasi pencegahan penyalahgunaan narkoba sangat tepat. Sebab, di lingkungan itu cukup banyak terdapat mahasiswa yang tinggal indekost, di mana mahasiswa jadi salah satu kelompok rawan terjerat peredaran gelap narkoba.
“Satu bulan lalu, ada 1 rumah yang di dalamnya terindikasi ada alkohol dan narkoba, kami tangani menggandeng otoritas terkait, di perumahan dekat sini juga sempat terjadi transaksi gelap narkoba. Karena itu, saya sangat apresiasi semangat dan kekompakan warga untuk mencegah,” kata Dayat, sapaannya yang menyempatkan hadir bersama istrinya.
Kegiatan pagi itu ditutup dengan acara sarapan bersama, sembari membagikan aneka hadiah dari lomba-lomba yang digelar warga dalam rangka memeriahkan HUT ke-80 Republik Indonesia. (eka setiawan)