SEMARANGNETWORK.COM - Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, kembali meraih penghargaan nasional bergengsi atas dedikasinya dalam mendukung ketahanan pangan dan pengelolaan pangan berkelanjutan.
Diwakili Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Endang Sarwiningsih, Selasa (22/10) wali kota yang akrab disapa Mbak Ita menerima Sertifikat Apresiasi dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) di Jakarta atas komitmennya dalam pengelolaan susut dan sisa pangan.
Penghargaan diserahkan langsung oleh Dr. Vivi Yulaswati, M.Sc, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas RI, serta Ketua Pasca Panen untuk Gizi Indonesia. Dalam sambutannya, Vivi Yulaswati mengapresiasi langkah-langkah inovatif yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang dalam mengatasi tantangan pengelolaan sisa pangan, yang tidak hanya berkontribusi terhadap ketahanan pangan daerah tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan.
Mbak Ita, dikenal sebagai sosok kepala daerah yang memiliki komitmen tinggi dalam menjaga keberlanjutan sektor pangan di wilayahnya. Salah satu program andalan yang diusung adalah pengelolaan susut dan sisa pangan yang dirancang untuk mengurangi limbah makanan sekaligus memastikan distribusi pangan yang lebih efisien kepada masyarakat.
Program ini melibatkan berbagai pihak, mulai dari petani, masyarakat, hingga sektor swasta untuk berkolaborasi dalam memanfaatkan sisa pangan secara optimal dan mencegah terjadinya pemborosan.
"Pemerintah Kota Semarang punya banyak program dan gerakan sayang pangan. Ada Gerakan Sayang Pangan Kota Semarang (GARANGASEM) yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2023," tutur Mbak Ita saat dihubungi di kantornya.
GARANGASEM merupakan gerakan seluruh elemen masyarakat untuk mencegah terjadinya sampah pangan (food waste dan food loss). Implementasi program ini dilakukan dalam tiga langkah nyata yaitu Habiskan Isi Piringmu, Stop Buang Pangan, dan Yuk Berbagi Pangan, baik pangan segar maupun pangan olahan.
Target sasaran pengelolaan makan GARANGASEM mencakup rumah tangga, hotel, kantor, sekolah, kampus, rumah makan, katering, hingga pasar tradisional/modern.
Program ini bermanfaat untuk mengurangi adanya sisa sampah pangan. Selain itu, diharapkan dapat mencegah krisis pangan dan mengurangi efek gas rumah kaca.
Menurut Mbak Ita, pengembangan program GARANGASEM yakni dengan pelatihan mengolah pangan berlebih bagi generasi muda dan para perempuan di Ibu Kota Jawa Tengah.
Selain itu, lanjut wali kota, Pemkot Semarang bersama Yayasan Svarnaloka membentuk relawan dengan nama Ibu Penggerak Sayang Pangan.
"Kami juga memperluas jaringan donatur dan penerima pangan berlebih, yaitu donatur katering dan toko roti. Nantinya makanan berlebih dari donatur yang masih layak makan akan didistribusikan untuk anak-anak stunting dan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK)," sebutnya.
Mbak Ita menegaskan bahwa pengelolaan susut dan sisa pangan merupakan bagian penting dari upaya peningkatan ketahanan pangan di Semarang. "Kami sangat berterima kasih atas apresiasi yang diberikan oleh Bappenas RI. Penghargaan ini adalah bukti kerja keras dan kolaborasi semua pihak di Kota Semarang dalam menjaga ketahanan pangan dan mengurangi limbah makanan. Kami akan terus berkomitmen dalam menjalankan program-program berkelanjutan yang mendukung kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan," pungkasnya.
Dengan penghargaan ini, Wali Kota Semarang semakin mempertegas visinya dalam menciptakan sistem pangan yang adil, efisien, dan berkelanjutan, tidak hanya untuk saat ini tetapi juga untuk masa depan generasi mendatang.
Selain penyerahan penghargaan kepada kepala daerah yang memiliki komitmen dalam penyelamatan pangan, Bappenas RI juga melakukan launching buku best practices penanggulangan kelola susut dan sisa pangan di Indonesia bertajuk 'Teladan Bijak Kelola Susut dan Sisa Pangan'.
Buku ini disusun oleh JP2GI (Jejaring Pasca Panen untuk Gizi Indonesia) dan didukung Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN).*