menu
Inovasi Berlanjut, Pemkot Semarang dan BRIN Tanam Padi Biosalin dengan Sistem Tabela
Inovasi Berlanjut, Pemkot Semarang dan BRIN Tanam Padi Biosalin dengan Sistem Tabela
Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang bersama Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) terus mengembangkan penanaman padi varietas Biosalin di lahan sawah payau

SEMARANG - Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang bersama Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) terus mengembangkan penanaman padi varietas Biosalin di lahan sawah payau. Jika beberapa waktu yang lalu telah dilakukan penanaman padi Biosalin 1 dan 2 dengan sistem Tapin (Tanam Pindah), kali ini penanaman Biosalin dengan model Tabela (Tanam Benih Langsung)

Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu secara langsung melihat proses penanaman Biosalin dengan model Tabela di Kawasan Pesisir Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang, Jumat (9/8). 

"Hari ini kami bersama BRIN dan BRIDA menanam lagi padi Biosalin dengan sistem Tanam Benih Langsung (Tabela). Ini contohnya padi berumur satu minggu. Nantinya kami akan tunggu lagi agar bisa mendapatkan tanaman Biosalin tanpa perlu pindah semai," kata Mbak Ita, sapaan akrab wali kota. 

Dirinya menyebut, sistem Tabela memiliki banyak kelebihan, salah satunya efisiensi waktu dan tenaga pekerja. "Jadi, yang pertama dulu penanaman dengan semai, baru setelah berumur 20 hari bisa pindah tanam. Tapi untuk yang Tabela (Tanam Benih Langsung) itu akan bisa mempersingkat waktu dan efisiensi waktu dan tenaga," ujar Mbak Ita. 

Menurutnya, di sistem Tabela ini, petani tidak perlu mengeluarkan tenaga lebih untuk melakukan semai dan pindah tanam seperti pada Biosalin 1 dan 2 sebelumnya.

Tak hanya melakukan penanaman padi Biosalin sistem Tabela, Mbak Ita juga melakukan pemupukan terhadap padi Biosalin 1 dan 2 yang telah ditanam dengan Sistem Tapin. 

"Kami juga melakukan pemupukan dengan pupuk khusus untuk lahan salin. Ini merupakan pupuk pertama yang digunakan untuk Biosalin 1 maupun 2," jelasnya. 

Mbak Ita pun berharap pengembangan dan uji coba penanaman padi varietas Biosalin di sawah payau ini bisa berhasil. "Mudah-mudahan nanti 80 hari ke depan sudah menghasilkan atau sudah panen. Hal ini untuk optimalisasi lahan pesisir," imbuhnya. 

Seperti diketahui, lanjut Mbak Ita, di Kota Semarang banyak terdapat sawah payau, khususnya di wilayah kecamatan Tugu. 

"Tentunya, optimalisasi lahan ini akan bisa memberikan dampak untuk kesejahteraan masyarakat dan ketahanan pangan di kecamatan Tugu khususnya," papar dia. 

Tak sampai di situ, Mbak Ita juga berencana menerapkan hasil riset padi Biosalin ini di lahan pesisir sejumlah kecamatan di Ibu Kota Jawa Tengah. 

"Nanti mungkin bisa bertambah di wilayah Semarang Barat, kan juga ada sawah-sawahnya. Kemudian di Genuk dan Semarang Utara yang ada lahan tidur sawah payau bisa ditanam dengan model Tabela atau Tapin," terangnya.

Sementara Tri Martini dari BRIN menambahkan jika ke depan selain Biosalin 1 dan 2 akan diperkenalkan varietas unggul lain. "Untuk varietas, memang saat ini baru diperkenalkan Biosalin 1 dan 2, ke depan akan diperkenalkan varietas unggul lain yang berpotensi juga ditanam di lahan terdampak rob di pesisir Semarang, seperti Inpari 79 Unsoed dan Gamagora 7," terang Tri.

Senada dengan Tri Martini, Peneliti Pusat Riset Tanaman Pangan, Organisasi Riset Pertanian, dan Pangan (ORPP) BRIN, Vina Eka Aristya sebagai pemulia tanaman menuturkan jika penanaman padi ini merupakan satu upaya optimalisasi lahan yang tidak produktif. 

"Ini adalah bagaimana cara penanaman yang baik, penggunaan teknologi pupuk spesifik dan varietas yang baik kemudian nanti direplikasikan ke daerah serupa. Kita ingin optimalisasi lahan yang tadinya kurang produktif menjadi lahan produktif," pungkas Vina.***